JAKARTA. Walau tidak terlalu mengkhawatirkan berlakunya perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (AC-FTA), pelaku industri farmasi mulai mengatur berbagai strategi agar mereka lebih efisien. Dengan begitu, produk mereka lebih kompetitif menghadapi serbuan impor.
Ketersediaan bahan baku farmasi merupakan faktor penting bagi industri farmasi nasional. Sampai saat ini Indonesia masih mengandalkan sumber impor bahan baku farmasi tersebut dari Cina dan India. Setidaknya 60 persen impor bahan baku antibiotik berasal dari kedua negara itu. Indonesia mencatat nilai impor sebesar 76,5 juta dolar AS dari Cina dan 25 juta dolar AS dari India untuk bahan baku antibiotik, vitamin dan hormon, parasetamol, antalgin dan antipirin.
Melihat besarnya ketergantungan"Dengan demikian, perdagangan bebas dengan China memungkinkan industri farmasi Indonesia dapat lebih bersaing dengan industri farmasi di negara lain yang menerapkan tarif atas impor bahan baku farmasi,".
Dengan mendapatkan bahan baku murah, industri farmasi Indonesia bisa menekan biaya produksi yang pada gilirannya dapat menekan harga jual obat, sehingga bisa mengekspor produknya ke negara-negara yang masih menerapkan tarif impor bahan baku.Daya saing Pada sisi lain, industri farmasi Indonesia cukup memiliki daya saing di pasar ekspor untuk produk tertentu, seperti obat ethical, serum, dan vaksin. Pada obat ethical, neraca perdagangan selalu surplus, tetapi sayang volume perdagangan obat jenis ini masih relatif kecil.gan Indonesia terhadap bahan baku impor, Ratna mengatakan, pemerintah akan mengambil langkah untuk mengembangkan produksi bahan baku dengan mempertimbangkan potensi sumber data dalam negeri yang tersedia. “Ini dilakukan untuk meningkatkan kemandirian di bidang bahan baku farmasi, mengingat Indonesia merupakanmega center bahan bio diversity,”.
Kebijakan ini, harus didukung pula dengan kemauan industri farmasi domestik, para pelayan kesehatan, dan konsumen untuk memprioritaskan penggunaan bahan baku produksi dalam negeri serta penerimaan obat jadi yang berasal dari bahan alam oleh fasilitas pelayanan kesehatan formal. “Dengan demikian, kemandirian di bidang bahan baku farmasi secara pasti akan terwujud,”
Era perdagangan bebas pada sektor industri farmasi saat ini perlu diantisipasi agar membuka peluang bagi pelaku usaha untuk memasyarakatkan produk dalam negeri ke pasar internasional. “Menyadari hal tersebut, saya mengajak semua pihak, utamanya dunia pendidikan dan penelitian agar menyamakan langkah dan bersinergi untuk menciptakan keunggulan bisnis di pasar global,”.
GP Farmasi juga akan bertemu dengan pemerintah untuk membahas industri farmasi di era perdagangan bebas ini. Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha farmasi akan menanyakan ketegasan pemerintah dalam melindungi industri farmasi lokal tanpa melanggar komitmen AC-FTA maupun aturan perniagaan WTO.